Sejarah Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Indonesia

Salam Olahraga!!!

       Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan saya rasa merupakan salah satu mata pelajaran penting di Indonesia. Ini bisa dilihat dari Pendidikan Jasmani (PJOK) selalu hadir sebagai salah satu mata pelajaran baik di tingkat Dasar, menengah dan juga atas. Kehadirannya memang bukan yang utama tapi merupakan Faktor penting dalam mempengaruhi tumbuh kembang anak. Biasanya mata pelajaran ini juga merupakan mata pelajaran favorit peserta didik. Karena pada mata pelajaran ini mereka dapat keluar ke lapangan dan bermain serta berekspresi sesuai dengan usianya. Kini muncul beberapa pertanyaan seperti sejak kapan Pendidikan Jasmani diajarkan di sekolah ? Apa beda pendidikan jasmani dan olahraga? Berikut saya sampaikan artikel yang saya kutip dari berbagai sumber. 



       Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus tahun 1945, dibentuklah susunan kabinet pertama dimana kegiatan olahraga dan pendidikan jasmani berada dibawah menteri pengajaran. Pada waktu itu pendidikan jasmani dipergunakan dilingkungan sekolah, sedangkan olahraga digunakan untuk kegiatan olahraga di masyarakat yang berupa cabang-cabang olahraga. Dengan dibentuknya kementarian pengajaran, maka pemimpin-pemimpin bangsa pada waktu itu telah menunjukkan kepeduliannya akan masalah pendidikan, yang didalamnya tercakup pula pendidikan jasmani, namun karena baru dalam taraf penataan, maka kegiatan pendidikan jasmani yang diatur oleh kementarian pengajaran belum banyak begitu dirasakan. Istilah “gerak badan” masih banyak dipergunakan disekolah dasar maupun di sekolah menengah. Ada permulaan tahun 1946 para pemimpin olahraga yang sebagian besar terdiri dari pemimpin seperti ex GELORA (Gerakan Latihan Olahraga Rakyat, yang didirikan pada zaman Jepang yang merupakan organisasi olahraga yang didalamnya terdapat cabang-cabang seperti sepak bola, bulu tangkis, tenis, dll), ex PUTERA dan juga ex pengurus ikatan sport Indonesia disingkat I.S.I (didirikan tahun 1938) megadakan pertemuan di Surakarta tepatnya di gedung Habipraya didpimpin oleh Dr. Abdurrachman Saleh yang mana pada pertemuan tersebut terdapat keputusan-keputusan penting sebagai berikut; (1) Pertemuan itu dinamakan Kongres Olahraga I (pertama) tahun 1946, (2) Nama Persatuan Olahraga Indonesia (PORI) untuk hubungan luar negeri dibentuklah Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI) kegiatan PORI lebih diarahkan untuk mengiatkan cabang-cabang olahraga yang telah menjadi anggotanya.

        Seperti dijelaskan diatas peran olahraga semakin penting pada zaman pergerakan nasional pada 1908, yang mencapai puncaknya saat para pemuda Indonesia mendeklarasikan Sumpah Pemuda 1928. Mereka menjadikan olahraga sebagai tekad perjuangan bangsa untuk merdeka. Ini terlihat pada penggalan lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan pertama kali saat deklarasi itu: “bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya.”
Setelah Indonesia merdeka, olahraga turut berperan mewujudkan cita-cita bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pada awal kemerdekaan,saat masa revolusi, bangsa Indonesia menggelar Pekan Olahraga Nasional untuk pertama kalinya di Surakarta, 9 September 1948. Ini membuktikan kepada dunia luar bahwa Indonesia bisa mengadakan kegiatan seperti apa yang dilakukan olah negara-negara merdeka di dunia ini.
      Pengurus besar PORI mengusulkan kepada Pemerintah Pusat yang waktu itu berada di Yogyakarta bahwa PORI akan menyelenggarakan Pekan Olahraga di Surakarta yang selanjutnya PB. PORI membentuk panitia PON. Yang mempelopori terbentuknya PON yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Dr. Abdul Rahman Saleh, Mr. Widodo Satrodiningrat.
       Pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta telah terbentuk Persatuan Pendidikan Olahraga yang bersifat kebangsaan . Pembentukan persatuan nasional tersebut merupakan tindakan dari kalangan bangsa Indonesia, karena ingin mengatur oganisasinya sendiri. Persatuan Pendidikan Olahraga (PPO) sejak tahun 1931 menyelenggarakan kompetisi tahunan antar kota/anggota, dan tidak ikut serta dalam pertandingan-pertandingan antar kota yang diadakan oleh Belanda.
       Berkat perkembangannya yang baik, pada tahun 1938 pihak Belanda melalui Persatuan Pendidikan Olahraga, Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) mengadakan pendekatan dan kerjasama dengan PPO. Jejak sepakbola ini dituruti oleh cabang olahraga Tennis dengan berdirinya Persatuan Lawn tennis Indonesia (PELTI) pada tahun 1935 di Semarang. Berkedudukan di Jakarta (waktu itu bernama Batavia), pada tahun 1938 lahirlah Ikatan Sport Indonesia dengna singkatan ISI, satu-satunya badan olahraga yang bersifat nasional dan berbentuk federasi. Maksud dan tujuannya adalah untuk membimbing, menghimpun dan mengkoordinir semua cabang olahraga, antara lain PSSI, PELTI dan Persatuan Bola Keranjang Seluruh Indonesia (PBKSI), yang didirikan pada tahun 1940. ISI sebagai koordinator cabang-cabang olahraga pada tahun 1938 pernah mengadakan Pekan Olahraga Indonesia, yang dikenal dengan nama ISI ??“ Sportweek, pekan olahraga ISI.
      Serangan Jepang secara mendadak pada tanggal 8 Desember 1941 terhadap Pearl Harbour (Pelabuhan Mutiara) menimbulkan perang Pasifik. Dengan masuknya Jepang ke Indonesia pada bulan Maret 1942, ISI oleh sebab berbagai kesulitan dan rintangan, tidak bisa menggerakkan aktivitasnya sebagaimana mestinya. Pada zaman Jepang gerakan keolahragaan ditangani oleh suatu badan yang bernama GELORA, singkatan dari Gerakan Latihan Olahraga, yang terbentuk pada masa itu. Tidak banyak peristiwa olahraga penting tercatat pada zaman Jepang selama tahun 1942??“1945, oleh karena peperangan terus berlangsung dengan sengit dan kedudukan tentara Nipon terus pula terdesak. Dengan sendirinya perhatian Pemerintah militer Jepang tidak dapat diharapkan untuk memajukan kegiatan olahraga di Indonesia.
       Dengan runtuhnya kekuasaan Jepang pada bulan Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia membuka jalan selebar-lebarnya bagi bangsa kita untuk menangani semua kegiatan olahraga di tanah air sendiri. Kegiatan-kegiatan ini pada awal kemerdekaan belum dapat digerakkan sepenuhnya, disebabkan perjuangan bangsa kita dalam mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan yang baru direbut itu, mendapat cobaan dan ujian. Sebagai akibatnya timbullah pertempuran di berbagai tempat, yang menjadi penghalang besar dalam mengadakan aktivitas keolahragaan secara tertib dan teratur. Namun demikian, berkat usaha keras para tokoh olahraga kita, pada bulan Januari 1946, bertempat di Habiprojo di kota Solo diadakan kongres olahraga yang pertama di alam kemerdekaan. Berhubung dengan suasana pada masa itu, hanya dihadiri oleh tokoh-tokoh olahraga dari pulau Jawa saja.
      Dalam kongres ini mulanya dimajukan dua nama lainnya, yang akan diberikan kepada badan olahraga yang bakal dibentuk itu, yaitu ISI dan GELORA. Keduanya tidak terpilih dan sebagai kesimpulan rapat, diremikanlah berdirinya PORI dengan pengakuan Pemerintah, sebagai satu-satunya badan resmi persatuan olahraga, yang mengurus semua kegiatan olahraga di Indonesia. Fungsinya sama dengan ISI.
      Sesuai dengan fungsinya, PORI adalah juga sebagai koordinator semua cabang olahraga dan khusus mengurus kegiatan-kegiatan olahraga dalam negeri. Dalam hubungan tugas keluar, berkaitan dengan Olimpiade dan International Olympic Committee (IOC), Presiden R.I. telah melantik Komite Olympiade Republik Indonesia (KORI) yang diketuai oleh Sultan Hamengku Buwono IX dan berkedudukan di Yogyakarta.
      Bagi Indonesia telah tiba saatnya untuk menempuh langkah-langkah seperlunya, agar negara kita dapat ikut serta di Olimpiade London pada tahun 1948. Olimpiade yang ke 14 ini adalah yang pertama setelah perang dunia kedua usai dan sejak tahun 1940 terpaksa ditiadakan selama delapan tahun. Usaha Indonesia untuk mendapat tiket ke London banyak menemui kesulitan. Setelah agresi pertama dilancarkan Belanda pada tanggal 21 Juli 1947, Sutan Syahrir dan Haji Agus Salim terbang ke Lake Succes dan di forum Internasional (baca Sidang Umum PBB) kedua negarawan dan diplomat ulung ini dengan gigih memperjuangkan pengakuan dunia atas kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia.
      PORI sebagai badang olahraga resmi di Indonesia belum menjadi anggota, International Olympic Committee (IOC), sehingga para atlet yang bakal dikirim tidak dapat diterima berpartisipasi dalam peristiwa olahraga sedunia. Pengakuan dunia atas kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia yang belum diperoleh pada waktu itu menjadi penghalang besar dalam usaha menuju London. Paspor Indonesia tidak diakui oleh Pemerintah Inggris, bahwa atlet-atlet Indonesia bisa ikut ke London dengan memakai paspor Belanda, tidak dapat diterima, karena kita hanya mau hadir di London dengan mengibarkan Dwi Warna Sangsaka Merah Putih. Alasan yang disebut belakangan inilah juga menyebabkan rencana kepergian beberapa anggota pengurus besar PORI ke London menjadi batal. Masalah ini telah dibahas oleh konferensi darurat pada tanggal 1 Mei 1948 di Solo. Mengingat dan memperhatikan pengiriman para atlet dan beberapa anggota pengurus besar PORI ke London sebagai peninjau tidak membawa hasil seperti diharapkan semla konferensi sepakat untuk mengadakan pekan olahraga, yang direncanakan berlangsung pada bulan Agustus/September 1948 di Solo. PORI ingin menghidupkan kembali Pekan Olahraga yang pernah diadakan ISI pada tahun 1938, terkenal dengan nama ISI sportweek, Pekan Olahraga ISI. Kongres olahraga pertama diadakan di Solo pada tahun 1946 yang berhasil membentuk PORI.
      Ditilik dari penyediaan sarana olahraga, Solo dapat memenuhi persyaratan pokok, dengan adanya stadion Sriwedari serta kolam renang, dengan catatan Sriwedari pada masa itu, termasuk yang terbaik di Indonesia. Tambahan pula pengurus besar PORI berkedudukan di Solo dan hal-hal demikianlah menjadi bahan-bahan pertimbangan bagi konferensi untuk menetapkan kota Solo sebagai kota penyelenggara Pekan Olahraga nasional Pertama (PON I) pada tanggal 8 s/d 12 September 1948.
Dengan mengemukakan hal-hal yang telah diuraikan di atas, kota Solo jelas telah menulis suatu riwayat di bidang olahraga dan hal ini akan terpatri sepanjang masa dalam sejarah bangsa Indonesia. Menggembirakan, karena juga di bidang lain, kota Solo telah menulis riwayatnya. Komponis terkenal Gesang, telah menggubah sebuah lagu, yang sangat laris pada zamannya, Bengawan Solo, riwayatmu ini. Kota Solo dengan berbagai riwayatnya telah menjadi kota kenangan, harus selalu dikenang, baik di bidang olahraga, maupun di bidang kesenian dan kebudayaan.
     Maksud dan tujuan penyelenggaraan PON I adalah untuk menunjukkan kepada dunia luar, bahwa bangsa Indonesia, di tengah-tengah dentuman meriam, dalam keadaan daerahnya dipersempit sebagai akibat Perjanjian Renville, tegasnya dalam keadaan darurat, masih dapat membuktikan, sanggup menggalang persatuan dan kesatuan bangsa, yang berbeda-beda suku dan agamanya, akan tetapi tetap bersatu kokoh dalam Bhinneka Tunggal Ika. Sekilas tentang Sejarah Olahraga di Indonesia Jasmani dalam sebutan bahasa Inggris adalah physical, dalam ilmu faal, jasmani disebut sebagai struktur biologik pada manusia. Secara umum dipahami bahwa jasmani atau jasad ia berarti tubuh manusia. Jasmani dalam pembahasan ini adalah pemanfaatan aktivitas fisik sebagai manifestasi pengembangan kualitas hidup manusia dalam memenuhi kebugaran secara totalitas dan keterampilan motorik. Jasmani disinonimkan dengan pendidikan, maka segala aktivitas jasmani membawa nilai-nilai pendidikan, yang tidak terikat ataupun tertuju kepada gerakan-gerakan dalam peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang umum berlaku seperti olahraga.

     Dengan demikian, pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh rana, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.
      Berdasarkan penjelasan di atas Husdarta (2009) mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornament yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Sedangkan pengertian olahraga berdasarkan (pasal 1 ayat 4 UU RI No. 3 Tahun 2005) olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Dari ketentuan Internasional Council of Sport and Physical Education adalah setiap aktivitas fisik berupa permainan dan berisikan pertandingan melawan orang lain, diri sendiri ataupun unsur-unsur alam dikatakan sebagai olahraga atau sport. 


       Jadi antara pendidikan jasmani dan olahraga sering dikatakan ada interface, tidak sama namun ada bagian- bagian yang sama. Jelas keduanya adalah aktivitas fisik, tegasnya aktivitas otot-otot besar atau big muscle activity, bukan fine muscle activity. Oleh karena itu, dalam penerapannya tetap berlandaskan pada suasana kependidikan, serta berpegang pada kaidah-kaidah dalam praktek pendidikan. Adapun pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu.

       Demikianlah sedikit informasi tentang sejarah Pendidikan Jasmani dan olahraga di Indonesia. Semoga dapat memberikan manfaat bagi para pembaca terkhusus kepada penulis. Terima kasih. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renang

Gerak dasar Senam Lantai

Sejarah Senam Lantai