MATERI LANJUTAN ARUNG JERAM



III. Morfologi Sungai


Morfologi sungai adalah pengetahuan tentang karakteristik sungai yang terdiri dari bentukan sungai, lebar penampang sungai, arus dan berbagai element yang ada di sungai tersebut seperti batu-batuan ataupun hambatan lainnya. Hal ini bertujuan untuk mendukung teknik pembacaan jeram ataupun arus sehingga kita bisa mempersiapkan antisipasi dengan teknik-teknik khusus. Beberapa istilah morfologi sungai yang sering kita temui antara lain :

A. Arus Utama (Mainstream)  

Arus yang paling besar diantara arus-arus yang lain jika terdapat banyak arus. Pada aliran sungai yang lurus arus utama biasanya ada di tengah sungai. Pada belokan ke kanan arus utama ada pada bagian kiri luar belokan dan menabrak dinding sungai jika terdapat tebing dan biasanya terdapat “undercut” pada dinding sungai yang ditabrak oleh arus utama tersebut. Dan sebaliknya pada belokan ke kiri arus utama ada pada bagian kanan luar belokan


B. Gelombang Berdiri (Standing Wave) 

Arus yang paling besar diantara arus-arus yang lain jika terdapat banyak arus. Pada aliran sungai yang lurus arus utama biasanya ada di tengah sungai. Pada belokan ke kanan arus utama ada pada bagian kiri luar belokan dan menabrak dinding sungai jika terdapat tebing dan biasanya terdapat “undercut” pada dinding sungai yang ditabrak oleh arus utama tersebut. Dan sebaliknya pada belokan ke kiri arus utama ada pada bagian kanan luar belokan



C. Arus Balik (Back Curling)   

 Suatu arus yang berputar keatas (vertical) dengan sendirinya karena adanya perubahan bidang jatuh yang cukup drastis setelah arus melewati rintangan/batu (hole) atau patahan sungai/dam (hydraulic) atau kemiringan dasar sungai yang cukup terjal (back curling). Arus balik jika ukurannya besar dapat membalikkan perahu jika perahu masuk miring atau menjatuhkan awak perahu yang kuda-kudanya tidak kuat (refleknya tidak bagus). 


D. Pusaran Air (Eddies)  

Eddies adalah dimana air berhenti atau mengalir ke hulu (up stream) secara horizontal yang terjadi karena adanya arus yang menabrak rintangan (batu/benda-benda lain) dan arus tersebut tidak dapat melewati rintangan itu sehingga terjadi kekosongan atau kekurangan air serta perbedaan tekanan air yang mengakibatkan air dari arah lain akan mengalir ke atas (up stream) untuk menyamakan permukaan dengan daerah lain. Eddies berfungsi untuk tempat berhenti (stop), mengurangi kecepatan (rem) dan menolong untuk membelokkan perahu (manuver). 



E. Hole

Hole adalah permukaan air yang berbentuk lobang dan ada sirkulasi air dibelakang lobang tersebut. Hole terbentuk karena arus yang melintasi suatu rintangan dan mengakibatkan terjadinya terjunan air. Terjunan air akan membentuk sirkulasi air dan permukaan air terlihat seperti lobang. Hole yang terlalu besar akan sangat berbahaya karena bisa membalikkan perahu atau perahu akan tertahan di hole tersebut. Hole yang sangat besar dan sirkulasi air dari segala arah disebut toilet bowl, karena bentuk dan sifat fisikanya seperti air kloset sewaktu di-flushing. Hole ini sangat berbahaya, karena perahu atau awaknya yang terjatuh dan terperangkap didalamnya sangat sulit dikeluarkan. Apabila tidak terlalu besar, hole berfungsi untuk mengurangi kecepatan (rem), membantu manuver serta sangat bagus untuk dilintasi dan bisa juga untuk permainan seperti surf boat.

 

F. Pillow

Jika permukaan bebatuan dekat dengan permukaan air, maka sebagian dari arus sungai yang bergerak ke arah hilir akan menaiki bebatuan ini dan melewati bagian atasnya serta membentuk “benjolan air” yang disebut pillow. Pillow juga dapat menahan gerak perahu baik di flat maupun di jeram.

G. Arus Belokan (bends)

Pada belokan sungai arus yang cepat dan aliran yang dalam (arus utama) terdapat pada lingkaran luar belokan sungai, hal ini diakibatkan oleh adanya kekuatan sentrifugal, sehingga aliran permukaan yang lebih cepat mengarah dan menumpuk sepanjang tepi belokan bagian luar. Dan aliran arusnya lebih sempit dari bagian dalam dan alternatif untuk melaluinya sebaiknya pada bagian dalam. Perahu yang terlanjur masuk aliran bagian tepi luar belokan kemungkinan akan menabrak dan terhempas.

H. Lidah Air (Tongue of Rapid)  

Jika dua alur yang terhambat batu dan membentuk huruf “V” yang mengarah ke hilir akan terbentuk lidah air. Bila terdapat lebih satu lidah air maka yang terbesar merupakan arus utama yang sebaiknya dipilih. Biasanya lidah air diikuti oleh gelombang berdiri.


I. Batuan (boulders, stoppers)  

Letak batuan atau tonjolan batu yang ada di sungai yang tidak beraturan akan mengakibatkan turbulansi aliran sungai. Disamping itu letak batuan yang tidak beraturan akan menyulitkan dalam melakukan pengarungan terutama dalam manuver. Banyaknya batuan yang ada di sungai akan mengakibatkan laju perahu terhambat, perubahan arah perahu yang tidak dikehendaki, bahkan dapat berakibat perahu tersangkut ( Wrap / Entrapment ).

J. Penyempitan Penampang Sungai (Bottle Neck)

Adanya penyempitan lebar penampang sungai menyebabkan arus menjadi lebih cepat. Hal ini juga menyebabkan laju perahu lebih cepat dari yang dikehendaki. Sehingga jika setelah ada penyempitan ada suatu hambatan akan menyulitkan pengarungan. 

K. Pendangkalan sungai (shallows)  

Jika penampang sungai melebar akibatnya akan membuat permukaan air menjadi turun. Jika terjadi pendangkalan yang dapat menyulitkan dalam pengarungan, maka yang perlu diingat adalah permukaan air dengan ombak yang besar menunjukkan aliran sungai yang dalam.

L. Hambatan (Strainer)  

Hambatan yang dimaksud adalah suatu rintangan yang terjadi karena adanya pohon tumbang yang menghalangi/melintang di atas aliran sungai. Keadaan ini perlu dihindari dalam pengarungan, karena menyebabkan perahu akan tersangkut pada hambatan tersebut.

 M. Undercut (Lobang Maut)  

Merupakan suatu bentukan yang terjadi karena terkikisnya dinding sungai hingga membentuk rongga. Arus yang mampu membentuk rongga ini biasanya sangat kuat sehingga jika perahu melewati arus ini akan menyebabkan awak perahu terbentur dinding sungai atau perahu akan terbalik dan terjebak dalam rongga. Undercut sebisa mungkin untuk dihindari, karena undercut adalah “ Momok “ yang paling menakutkan dalam kegiatan arung jeram. 

 Arus sungai (main stream) dibagi menjadi tiga bagian yaitu Hulu (Atas), Peralihan, Hilir (Bawah). Keadaan air pada bagian Hulu biasanya terdapat Air terjun, medannya sempit, curam, dan tidak safetyuntuk melakukan kegiatan Arung jeram. Pada bagian Peralihan biasanya terdapat pada Dataran tinggi dan Dataran rendah, sikap waspadalah dan disinilah para pecinta Arung Jeram beraksi. Pada bagian Hilir, arusnya landai dan medannya luas sehingga kurang bergairah untuk digunakan dalam Arung Jeram.

Macam-macam arus sungai (Main Stream) :

1.    Lidah Air (the tongue) : berbentuk “V”, dan untuk memudahkan bergeraknya perahu maka pilihlah lidah air yang lebih besar.

2.    Standing Wave : membentuk obak, apabila lebih dari 3 meter disebut haystacks dan tidak safetyuntuk dilewati.

3.    Arus Balik (Reverse Stream) :  arus berputar ke atas karena perubahan bidang. Macam-macam arus balik yaitu :

·         Hole : batu yang berada di bawah permukaan air dan menghalangi arus air.

·         Hydraulic : arus air yang turun secara vertikal menyebabkan arus berputar di bawah dan dia putarannya lebih besar.

·         Back Curling : dasar sungai yang cukup terjal, menyebabkan arus sungai menjadi sangat kuat.

·         Eddy : tempat dimana aliran sungai berhenti atau mengalir ke atas (hulu) sungai secara horisontal.

·         Flat : tenang.

·         Stopper : ornamen sungai yaitu batuan yang terlihat dipermukaan air.

·         Strainer : sesuatu yang menghalangi arus utama (ranting / pohon).

·         Undercut : terkikisnya dinding sungai hingga membentuk rongga.

·         Bottleneek : penyempitan dinding sungai, dapat menyebabkan arus mengalir lebih cepat.

·         Jeram : alir deras dan cepat dan bertaburan diantara banyak batu dari berbagai ukuran dan sekaligus membentuk arus balik.

·         pendangkalan sungai (shallow) : membuat permukaan air menjadi turun.

·         pilou : batuan yang ditutupi air.

·         bolder : batuan yang tampak pada permukaan air tapi lebih kecil dari stopper.

 

Pengetahuan tentang morfologi sungai ini sangat berkaitan erat dengan factor keamanan dan keselamatan serta kenyamanan dalam pengarungan, karena dengan memahami karakteristik sungai dengan baik maka para pelaku kegiatan arung jeram akan mengetahui titik-titik bahaya dari bentukan-bentukan sungai yang dapat mengakibatkan terjadinya bahaya terutama bahaya yang disebabkan oleh factor alam (sungai). Sehingga dengan demikian kita dapat berusaha untuk menghindari bahaya yang mungkin dapat mengancam keselamatan kita.

IV. Teknik berenang di arus

A. Defensive swimming position

Defensive swimming position adalah berenang mengikui arus dalam posisi terlentang, kaki dalam keadaan rapat dan selalu berada di atas air untuk menghindari foot entrapment. Defensive swimming dilakukan pada arus deras dengan pandangan terarah ke hilir. Gunakan tangan sebagai pengatur keseimbangan atau untuk menuju pinggiran sungai dan menghindari berbagai rintangan lainnya.

Ingat, walaupun tidak terjadi sesuatu selama anda melakukan defensive swimming dan anda mulai menikmatinya, anda tidak dalam posisi yang benar-benar aman. Berusahalah untuk menggapai tepian sungai dan segera keluar dari air. Jangan mencoba berdiri, meskipun pada daerah dangkal sekalipun, sebelum anda mencapai tepian sungai atau berada pada arus yang cukup tenang.

B. Aggressive swimming position

Aggressive swimming position adalah berenang dengan cara melawan arus. Dilakukan pada arus yang relatif tenang dengan posisi menghadap ke hulu. Tujuannya, untuk mendekati perahu penolong, menghindari strainer, sieves, undercut, dan untuk menyeberang ke sisi tepian sungai yang lain dengan cepat. Ingat, aggressive swimming ini hanya efektif dilakukan pada arus sungai yang relatif tenang. Jika anda lakukan ini pada arus deras, tenaga anda akan terbuang percuma; anda akan tetap terseret arus deras.

Berikut ini beberapa pertanyaan yang dapat membantu anda mendefinisikan situasi di sekeliling anda saat anda mengalami swimmer dan menentukan tindakan apa yang harus anda lakukan:

*Apakah di belakang anda terdapat perahu? (Baik perahu yang melemparkan anda ataupun perahu lain)

Jika ya, berusahalah mendekatinya dari arah samping pada arus yang relatif tenang dengan aggressive swimming position. Jangan lakukan ini dari arah depan karena anda dapat terseret perahu. Jika telah dekat, gapai dan peganglah boat line pada perahu. Tunggu sampai rekan anda menarik dan menaikkan anda ke atas perahu kembali dengan cara menarik bahu pelampung yang anda kenakan.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju tepian sungai.

*Apakah di dekat anda terdapat tim rescue yang akan melemparkan throw bag/rescue rope?

Jika ya, raih throw bag/rescue rope yang dilemparkan. Pegang erat pada bagian tali, jangan pada bagian kantong tali. Pegang dengan tetap melakukan teknik defensive swimming sambil tim rescue menarik anda ke tepian sungai.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju tepian sungai.

*Apakah di dekat anda terdapat rintangan atau obstacle (bebatuan, dahan/ranting, atau pohon tumbang)?

Jika ya, hindari daerah tersebut baik dengan aggressive swimming ataupun defensive swimming.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju tepian sungai.

*Apakah di dekat anda terdapat undercut, strainer, dan sieves?

Jika ya, hindari daerah tersebut secepat mungkin dengan aggressive swimming.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju tepian sungai.

*Apakah anda berada di bawah perahu terbalik?

Jika ya, segeralah keluar dari bawah perahu dengan cara menyelam ke arah hulu atau ke samping. Jangan menyelam ke arah hilir karena anda akan tetap terperangkap di bawah perahu.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju tepian sungai.

*Apakah anda berada di dalam hole/hydraulic (arus berputar-putar)?

Jika ya, lakukan aggressive swimming dengan mengikuti putaran arus ke arah luar yang menuju hilir. Atau dapat juga dilakukan dengan menyelam pada bagian tengah pusaran dengan posisi berdiri sampai kaki menyentuh dasar sungai; lalu tolakkan kaki anda sekuat mungkin ke arah hilir.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju tepian sungai.

V. SELF-RESCUE

Dalam kegiatan arung jeram, keselamatan setiap peserta adalah hal yang utama. Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kegiatan arung jeram ini. Namun peserta harus selalu menyadari, kegiatan arung jeram tidak akan pernah lepas dari segala resiko dan bahaya; baik oleh faktor manusia, peralatan, maupun faktor alam yang menyertainya.

Meski begitu, anda tidak perlu cemas, karena justru di sinilah letak salah satu kegembiraan yang akan anda rasakan saat bermain-main dengan air.

Self rescue atau tindakan penyelamatan diri saat melakukan kegiatan arung jeram ini perlu anda cermati betul. Walaupun anda dipandu skipper yang berpengalaman, ia tetap memiliki keterbatasan. Sehingga hal terbaik yang harus anda lakukan adalah melakukan tindakan penyelamatan diri sebelum datang tim rescue yang akan membantu anda.

Prinsip setiap tindakan penyelamatan dalam kegiatan arung jeram, adalah menyelamatkan diri sendiri sebelum melakukan tindakan penyelamatan terhadap orang lain. Si penyelamat harus benar-benar berada dalam kondisi yang aman dalam melakukan tindakan penyelamatan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari resiko lainnya dan kemungkinan bertambahnya korban.

Berikut dijelaskan hal apa saja yang harus anda lakukan dalam self rescue:

Seorang rafter harus mampu melakukan self rescue dengan baik. Seperti : bagaimana cara berenang dengan teknik agresif atau defensif, bagaimana membalikan perahu terbalik dengan cepat serta mengamankan atau menolongkan awak perahu yang terjatuh kesungai. Berikut hal-hal yang harus kita fahami ketika melakukan Self Rescue :

A. Swimmer

Swimmer adalah istilah yang digunakan oleh kalangan boater untuk menyebut orang yang terlempar keluar dari perahu saat berarung jeram. Jika anda belum pernah mengalaminya, percayalah suatu saat anda akan mengalaminya. Bagi anda yang baru kali pertama melakukan kegiatan arung jeram, tidak perlu khawatir.

Banyak peserta yang kali pertama mengikuti kegiatan arung jeram mengalami hal ini dan tidak terjadi apa-apa dengan mereka. Bahkan menjadi cerita menarik bagi rekan-rekannya dan menimbulkan kesan tersendiri bagi yang mengalami. Namun tak sedikit pula peserta yang tidak mengalaminya dalam setiap kegiatan yang diikuti.

Hal pertama yang harus anda lakukan jika mengalami swimmer: Jangan panik!

Mengapa jangan panik? Karena jika terjadi kepanikan, anda tidak akan tahu apa yang harus anda lakukan untuk tindakan self rescue. Setelah anda dapat mengatasi rasa panik, selanjutnya anda harus menyadari dan mengetahui situasi di sekeliling anda.

B. Re-Flip

Jika suatu saat perahu terbalik karena sesuatu hal, awak perahu harus segera membalikan kembali perahu dan menolong teman-temannya yang hanyut.. Membalikan perahu dapat menggunakan tali flip yang berada dipiggir perahu.

Seorang rafter yang terlatih dapat menaiki perahu dari semua sisi tetapi yang paling mudah untuk dinaiki adalah bagian depan dan belakang perahu dengan cara memegang self bailer. Pada saat membalikan perahu harus hati-hati ketika menjatuhkan diri ke air, karena apabila menjatuhkan diri mengenai batu maka bahaya lanjutan akan dihadapi.

C. Hole dan Dam

Kekuatan arus balik yang tinggi pada hole yang besar serta dam dapat membuat awak perahu atau pendayung berputar-putar tanpa menemui jalan keluar. Pelampung yang dipakai mungkin tidak cukup membuat awak perahu tersebut mengapung dan apabila ini terjadi maka harus menggunakan teknik bagaimana keluar dari jebakan arus putar tersebut.

Satu-satunya jalan keluar adalah pada bagian bawah arus sungai. Awak perahu diharuskan tidak panik dan mengingat mana arus yang membuat dia berbalik arah semula (Back Wash) dan mana arus yang bawah (dorongan dari upstream) yang kuat. Pada posisi backwash adalah posisi tempat dimana pendayung bernafas dan setelah itu apabila kita pada posisi air jatuh, maka posisi yang terbaik posisi jongkok dengan memegang-melingkari kaki dan mengikuti arus bawah yang akan membawa kita ke posisi outflow dan setelah itu berenanglah ke pinggir sungai. JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK KELUAR DARI HOLE …!!

Pada dam, kejadian akan lebih sulit lagi. Hanya ada satu syarat pada dam, yaitu “ jangan lewati jenis jeram seperti ini karena anda akan diputar sampai air sungai menjadi kering.

D. Strainers and Sweepers

Strainers dan sweepers terjadi disebabkan oleh halangan pohon atau batangan bambu yang melintang dipermukaan sungai.Strainers atau sweepers dapat menahan pelampung atau dayung yang tercebur disungai pada ranting atau penghalang yang berada dibawah permukaan strainer.

Cara melewati strainers adalah dengan cara apabila kita sudah mendekati strainers maka teknik berenang dirubah menjadi agresif dan dengan sekuat tenaga melompati penghalang tersebut. Ingat, arus strainer tersebut sangat kuat sehingga dapat menyedot kita kebawah.

E. Menolong perenang dari atas perahu

Ketika perahu mengalami benturan dengan batu atau jeram yang besar, mungkin ada satu atau dua penumpang yang jatuh ke sungai, maka pendayung yang berada diatas perahu harus melakukan pertolongan dengan cepat agar tidak mengalami situasi yang lebih berbahaya yaitu dengan cara :

Dekatkan perahu dengan perenang, apabila jauh gunakan T-Grip agar dia bisa meraihnya. Setelah meraih perenang, hadapkan pada perahu dan pegang bagian pundak serta tarik dengan cepat keatas perahu. Selama menolong perenang perahu harus pada posisi siap dalam memasuki jeram-jeram berikutnya, karena jangan sampai semua penumpang menjadi perenang.


F. Wrap

Wrap adalah kondisi dimana perahu terjebak di batu dimana salah satu sisi perahu dibawah permukaan air atau seluruh sisinya terjebak dibawah permukaan air/tertahan oleh batu. Perahu yang mengalami wrap diatas batu-mungkin masih menyisakan tempat untuk pendayung diatas batu, tetapi apabila kejadian wrap ditebing maka keadaan bahaya menunggu seluruh pendayungnya, karena kita tidak tahu apa yang ada dalam permukaan air. Oleh karena itu seorang rafter jangan pernah berpikir untuk melakukan kesalahan manuver sehingga menyebabkan wrap.

Apabila keadaan wrap terjadi, maka jangan panik. Lakukan prioritas rescue, yaitu :

a) Keamanan diri sendiri

b) Keamanan dari setiap pendayung

c) Baru keamanan perlengkapan

G. Z drag

Z-Drag system adalah sistem tali yang populer untuk rescue perahu yang mengalami wrap. Z-Drag System yang dasar adalah 3 : 1, (Lihat Gambar) dimana dibutuhkan satu tali yang panjang, pulley, carabiner, prusik, dan webing untuk anchor. System ini bisa dikembangkan sampai 9 : 1.



VI. KLASIFIKASI TINGKAT KESULITAN SUNGAI


Saat ini telah banyak sungai yang dapat diarungi serta dikelola secara profesional oleh beberapa operator arung jeram. Mereka menawarkan berbagai paket kegiatan dengan tingkatan umur dan kemampuan calon kunsumennya. Mulai dari sungai dengan tingkat kesulitan mudah, sampai sungai yang menjanjikan tantangan dan petualangan.

Dewasa ini arung jeram sudah menjadi kegiatan yang populer dibandingkan dengan kegiatan di alam lainnya. Banyak sungai yang dapat di arungi serta sudah dikelola secara profesional oleh beberapa pengelola arung jeram. Ada beberapa klasifikasi tingkat kesulitan sungai yang digunakan untuk melakukan kegiatan arung jeram.

Berikut ini penjelasan tentang ragam tingkat kesulitan sungai:


Class I
Tingkat kesulitan sungai yang paling rendah, dengan arus yang bervariasi dari flat (datar) dan relatif tenang, sampai sedikit beriak pada beberapa tempat. Rintangan yang ada pun sangat sedikit dan dapat terlihat jelas. Resiko berenang di sungai ini sangat rendah dan self-rescue sangat mudah dilakukan.

Class II
Sungai dengan tingkat kesulitan rendah–menengah. Cocok untuk pemula: sungai yang lebar dan arus yang cukup deras, lintasan pengarungan jelas sehingga tidak memerlukan pengamatan terlebih dahulu.

Sesekali, manuver perahu perlu dilakukan; bebatuan dan jeram medium dapat dengan mudah dilewati oleh pengarung yang terlatih. Penumpang yang terlempar keluar perahu dan terhanyut jarang sekali mengalami cidera. Pertolongan bantuan masih belum perlu. Sungai dengan tingkat kesulitan ini sangat cocok untuk latihan dasar kegiatan arung jeram.

Class III
Sungai dengan tingkat kesulitan menengah; jeram mulai tidak beraturan dan cukup sulit, serta dapat menenggelamkan perahu. Manuver-manuver pada arus deras serta kontrol perahu pada lintasan sempit sering diperlukan. Jeram-jeram besar dan strainers mungkin ada, namun dapat dengan mudah dihindari. Pusaran arus yang kuat dan deras sering ditemukan, terutama pada sungai-sungai besar.

Cidera saat terlempar keluar perahu dan terhanyut masih sangat jarang; self-rescue biasanya masih mudah dilakukan namun pertolongan bantuan sudah mulai diperlukan untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi. Sungai dengan tingkat kesulitan ini sangat cocok untuk kegiatan wisata keluarga atau sebagai rekreasi alternatif, karena dapat diikuti anak-anak mulai usia 9 tahun.

Class IV
Sungai dengan tingkat kesulitan menengah–tinggi. Sungai ini memiliki arus yang sangat deras namun masih dapat diprediksi dengan pengendalian perahu yang tepat. Teknik pengarungan sungai ini sangat tergantung karakter sungai itu sendiri. Pasalnya, sungai dengan tingkat kesulitan ini sangat beragam dan berbeda-beda walau memiliki tingkat kesulitan yang sama.

Jeram-jeram besar, hole, dan lintasan sempit yang tidak dapat dihindari memerlukan manuver yang cepat. Berhenti sejenak pada arus sedikit tenang mungkin diperlukan sebelum memulai maneuver; sekedar mengamati arus atau untuk istirahat. Karena pada jeram-jeram tertentu, bahaya selalu mengancam.

Resiko cidera bagi penumpang hanyut cukup besar dan kondisi air menyebabkan self-rescue sulit dilakukan sehingga perlu pertolongan bantuan. Pertolongan bantuan tersebut memerlukan latihan khusus agar teknik penyelamatan dapat dilakukan dengan benar. Sungai dengan tingkat kesulitan ini sangat menyenangkan dan menjanjikan tantangan lebih. Tentunya dengan dukungan peralatan memadai, pengetahuan cukup, dan pemandu terampil.

Class V
Sungai dengan tingkat kesulitan tinggi. Hanya cocok untuk pengarung jeram yang sudah menguasai teknik pengarungan dan memiliki pengalaman yang cukup pada sungai Sungai pada class ini memiliki jeram yang banyak dan panjang dengan berbagai rintangan yang dapat menyebabkan resiko tambahan bagi seorang pendayung.

Drops atau penurunan yang tiba-tiba, jeram-jeram sulit, hole, tebing terjal yang tak terhindari, sampai waterfall (air terjun) sering dijumpai pada sungai ini. Jeram yang dilewati seringkali beruntun pada jarak cukup panjang, sehingga membutuhkan ketahanan fisik yang tinggi.

Kalaupun ada pusaran air tenang (eddies), jumlahnya sangat sedikit sekali dan cukup sulit untuk diraih. Pada skala tertinggi, sungai dengan tingkat kesulitan ini memiliki kombinasi jeram yang sangat beragam, mulai dari curler, hair, hay stakes, headwall, strainer, under cut, wave train, sampai pin hole yang sangat berbahaya dan mematikan.

Terlempar keluar dari perahu pada sungai ini sangat berbahaya dan tindakan penyelamatan sering sulit dilakukan bahkan untuk seseorang yang mahir sekalipun. Peralatan yang tepat, pengalaman yang luas, dan latihan keterampilan dalam penyelamatan sangat penting.

Class VI
Sungai dengan tingkat kesulitan tertinggi. Pengarungan di sungai ini hampir tidak mungkin dilakukan karena jeram yang ada tidak dapat diprediksi dan sangat berbahaya. Konsekuensi suatu kesalahan dalam pengarungan di sungai ini sangat berat; tindakan penyelamatannya hampir tidak mungkin dilakukan.

Sungai dengan tingkat kesulitan ini hanya untuk tim khusus yang memiliki keahlian tinggi–bukan untuk diarungi perorangan–setelah seringkali mengarungi sungai tingkat kesulitan class V.

Ragam klasifikasi tingkat kesulitan sungai di atas merupakan tingkat kesulitan sungai yang ditetapkan secara internasional. Namun, klasifikasi ini masih sangat variatif dan dapat berubah-ubah walau masih pada sungai yang sama. Hal itu karena tingkat kesulitan ini sangat tergantung pada debit air dan kemiringan sungai. Sehingga pada waktu-waktu tertentu, sungai-sungai tersebut memiliki tingkat kesulitan yang mungkin bertambah atau mungkin berkurang.

Karena itu, oleh kalangan penggiat arung jeram, di belakang ”class sungai” sering ditambahkan tanda “+” (plus). Misalnya, sungai Citarik yang memiliki tingkat kesulitan III+. Artinya, pada jeram-jeram tertentu sungai citarik memiliki tingkat kesulitan yang setara dengan sungai Class IV.

Sekian informasi yang dapat saya berikan. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan juga para penggiat olahraga Arung jeram.

Salam Jeram ! Basah Seru ! 

Referensi :

- Arung Jeram menelusuri tantangan membangun kematangan, Adi M. Soekirno, Insight, 2006.

- White Water, P. J. Peterson, Yearling Books, 1997

- The Complete White Water Rafter, Jeff bannett, International Marine/Ragged Mountain Press, 1996

- Nrs.com

- Faji.org

- Arung-jeram.com

Tentang Penulis :



Anwar ‘‘Rimbawan’’ Nasution merupakan Putra kelahiran Medan, Sumatera Utara pada tahun 1990. 

Menyelesaikan pendidikan S-1 di Universitas Negeri Medan pada program studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi pada tahun 2013. Sejak tahun 2009 telah aktif di dunia Pencinta Alam melalui organisasi Mapala Unimed. Menjabat sebagai Kepala Divisi SAR Mapala Unimed pada periode 2011-2012. 

Menjadi Ketua Harian FAJI Kota Medan yang pertama yaitu pada Tahun 2016-2020. diangkat menjadi Pengurus FAJI Sumatera Utara pada tahun 2019-2024. pada tahun 2020 beliau juga Menjabat sebagai Pengawas di SATGAS SAR Sumatera Utara. Hingga saat ini masih aktif di bidang Pendidikan, Sosial, dan Olahraga.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renang

Gerak dasar Senam Lantai

Sejarah Senam Lantai